Banyak Orang Terkena Sakit Kepala Hebat Saat Pesawat Mendarat


Jakarta --- Bagi sebagian orang, terbang dengan menggunakan pesawat merupakan hal yang memusingkan. Namun ada beberapa orang yang memang benar-benar mengalami sakit kepala saat bepergian dengan pesawat terbang.

Pada tahun 2004, para dokter melaporkan kasus pertama gangguan yang disebut airplane headache atau 'sakit kepala pesawat' dalam literatur medis. Setahun berikutnya, 3 lusin lebih kasus serupa telah berhasil didokumentasikan.

Gejalanya bersifat spesifik, terasa nyeri di salah satu sisi kepala dan dekat dengan mata dan nyerinya akan semakin menjadi-jadi saat pesawat mulai mendarat. Namun apakah airplane headache ini tergolong kondisi yang berbeda masih diperdebatkan oleh para ilmuwan.

"Apakah (airplane headache) merupakan gangguan yang unik? Saya kira begitu. Namun ilmuwan lainnya mungkin saja tak sepakat," ujar Dr. R. Allan Purdy, pakar neurologi dan profesor di Dalhousie Medical School, Halifax, Canada seperti dilansir dari Health24, Jumat (8/6/2012).

Menurut Purdy, untuk mengklasifikasikan airplane headache sebagai gangguan yang berbeda dari sakit kepala biasa tentu saja harus melibatkan studi secara langsung karena sejauh ini "tak ada yang tahu apa penyebabnya," lanjut Purdy.

"Tak ada yang tahu berapa banyak orang yang pernah mengalaminya. Terlebih lagi tak ada tahu bagaimana cara mengatasinya."

Namun tim peneliti dari Italia berargumen bahwa kondisi ini harus dipertimbangkan menjadi subtipe sakit kepala baru.

Dalam sebuah artikel terbaru di Cephalalgia, tim peneliti dari Italia yang diketuai Dr. Federico Mainardi dari Giovanni e Paolo Hospital di Venice ini melaporkan bahwa ada 75 orang yang mengeluhkan gejala sesuai dengan tanda-tanda airplane headache.

Ke-75 orang itu pun langsung menghubungi tim Dr. Mainardi, sebagian besar lewat email, setelah membaca laporan kasus tim sakit kepala pesawat yang dibuat oleh timnya dan dipublikasikan pada tahun 2007. Para peneliti pun meminta ke-75 orang itu untuk menjawab sebuah kuesioner yang mendetail agar gejala-gejalanya bisa dipelajari lebih mendalam.

Secara keseluruhan, gejala responden sesuai dengan fitur dari kasus airplane headache yang terjadi sebelum-sebelumnya yaitu nyeri hebat pada satu sisi kepala yang biasanya hanya terjadi pada waktu pesawat mendarat.

Durasi sakit kepalanya hampir selalu pendek dan 96 persen responden mengaku kurang dari 30 menit. Selain itu, hanya minoritas responden yang secara konsisten mengalami sakit kepala dalam sebagian besar perjalanannya dengan pesawat terbang.

Menanggapi laporan kasus itu, Dr Purdy sepakat bahwa gangguan ini durasinya pendek. Namun menurutnya beberapa responden mungkin punya alasan lain terkait sakit kepala yang dialaminya.

Wajar jika para ilmuwan kebingungan karena sejauh ini tidak jelas faktor apa yang sebenarnya bisa memicu gangguan sakit kepala selama pendaratan pesawat tersebut. Tapi satu teori menyatakan bahwa bisa saja muncul rasa sakit yang berhubungan dengan perubahan tekanan dalam rongga sinus. Selain itu, masih belum jelas mengapa gangguan ini hanya terjadi pada beberapa penumpang saja.

Namun Dr. Purdy menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden juga memiliki riwayat masalah sakit kepala lainnya, termasuk migrain dan sakit kepala karena tegang. Jadi menurut Dr. Purdy orang-orang yang sudah rentan terhadap sakit kepala mungkin memiliki risiko lebih besar mengalami gangguan ini.

Tak sepakat dengan Dr. Purdy, tim Dr. Mainardi mengatakan airplane headache ini berbeda dari migrain dan jenis sakit kepala lainnya. Faktanya, salah satu kriteria diagnosis yang dikemukakan tim peneliti Italia ini adalah nyeri kepalanya tidak dapat dikaitkan dengan penyebab lain.

Selain itu, seseorang yang dianggap terkena airplane headache harus memiliki setidaknya dua serangan nyeri kepala berat selama penerbangan dengan gejala yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Ditambah lagi tidak boleh ada gejala lainnya seperti mual dan sensitivitas terhadap cahaya atau suara, yang selama ini dikenal sebagai gejala migrain.

Sayangnya tak seorang pun yakin bagaimana cara mencegah munculnya airplane headache.

Dari 75 responden dalam laporan ini, 29 orang mengaku sudah mencoba meminum obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas seperti aspirin, naproxen dan ibuprofen. Namun taktik ini hanya berhasil mengatasi nyeri pada 11 responden.
 
 
Sumber : Detik

0 comments:

Post a Comment

Free Website templatesFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesSEO Web Design AgencyMusic Videos OnlineFree Wordpress Themes Templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree Web Templates