PERNAH dengar nama Tri Nusa, Sky Aviation, atau Susi Air?
Mungkin pernah, tapi tak banyak orang yang tahu. Wajar, karena
perusahaan itu lebih banyak melayani penerbangan perintis. Meskipun
begitu, secara bisnis, perusahaan itu terbilang besar dan merajai
kawasan-kawasan terpencil.
Tri Nusa misalnya merajai
penerbangan di Nusa Tenggara Barat. Sky Aviation di beberapa kabupaten
di Kalimantan, dan Susi Air di Papua, Kalimantan, Sulawesi, dan
Sumatra.Selain itu, ada 137 rute perintis yang tersebar di 17 provinsi
yang dilalui sejumah maskapai penerbangan lain.
Pesawat-pesawat
mereka memang tidak terbang di jalur gemuk. Namun, bisnis mereka tidak
bisa dipandang sebelah mata. Mereka adalah perusahaan-perusahaan yang
menangguk untung dari jalur yang jarang dijamah itu. Susi Air, misalnya,
kini tercatat sebagai operator terbesar untuk pesawat Cessna Grand
Caravan diAsia Pasifik.
Persaingan di jalur perintis boleh
dibilang cukup sengit. Apalagi ada subsidi dari pemerintah bagi maskapai
yang bersedia melayani jalur ini. Tahun ini saja, pemerintah
menggelontorkan subsidi sebesar Rp 279,8 miliar untuk operasional dan Rp
17,27 miliar sebagai pengganti avtur. Wajar, bila banyak maskapai
penerbangan yang ngiler. Sebab, subsidi itu bisa menghemat biaya
operasional sampai 40%.
Dalam tender yang berlangsung Maret 2012,
hanya enam maskapai yang kebagian rute perintis plus subsidinya. Yakni,
Nusantara Buana Air (NBA) memperoleh 32 rute dengan subsidi Rp 83,3
miliar. Selanjutnya, Merpati Nusantara Airlines (MNA) mendapat asupan
subsidi Rp 70 miliar (40 rute), PT Asi Pudjiastuti Aviation (Susi Air)
memperoleh Rp 44 miliar (15 rute), PT Sabang Merauke Air Raya Charter
(SMAC) Rp 38,3 miliar (17 rute), PT Trigana Air untuk Rp 17,6 miliar (11
rute), dan PT Aviastar Mandiri sebesar Rp 10,9 miliar (4 rute).
NBA,
yang berdiri sejak 2008, menguasai jalur Nagan Raya dan Takengon di
Aceh, Gunung Sitolo dan Bengkulu. Untuk mengangkut para penumpang ini,
NBA menggunakan pesawat kecil dari jenis Casa 212 atau Smac yang
berkapasitas 15 penumpang. Rencananya, NBA akan menambah armada sebanyak
30 pesawat N 219 buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI).
Ada
juga MNAyang punya 40 rute penerbangan yang menghubungkan beberapa
kota, seperti Toli-Toli (Sulawesi Tengah), Sabu (Nusa Tenggara Timur)
dan Wamena (Papua). Misalnya di Wamena melayani rute Sabu-Ende,
Sabu-Waingapu, Merauke-Okaba, Merauke-Kimaam, Merauke-Mindaptanah dan
Nabire-Timika.
Untuk melayani 40 rute perintis, MNA hanya
menyediakan dua unit Cassa 212 berkapasitas 20 orang dan empat unit Twin
Otter berkapasitas 16 orang. Keenam pesawat tersebut dioperasikan oleh
sekitar 40 pilot.
Lain MNA, lain Susi Air. Rute maskapai
penerbangan ini menghubungkan kabupaten di pedalaman Sumatra,
Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Selain itu, Susi Air akan membuka rute
baru di Jawa. Misalnya, Cilacap-Yogyakarta, Cilacap-Semarang,
Jakarta-Cilacap dan rute lain yang melintasi Jayapura. Rute baru lainnya
melintasi Samarinda (Kalimantan Timur) dan Ketapang (Kalimantan Barat).
Saat
ini, Susi Air memiliki 47 unit pesawat dari jenis Cessna C208B Grand
Caravan, Pilatus PC-6 Porter, Piaggio P180 Avanti dan helikopter.
Rencananya, Susi Air akan menambah 16 pesawat dari jenis yang sama.
Sehingga total pesawat yang dimiliki berjumlah 63 unit.
Pendek
kata, persaingan di kelas ini cukup sengit. Belum lagi PT Aviastar
Mandiri yang menguasai jalur Batam dan Kepualau Riau. Belakangan,
Kartika Airlines dan Sky Aviation sudah memesan Sukhoi Superjet 100 dari
Rusia.
Sumber : Inilah.com
0 comments:
Post a Comment