Harus diakui, Indonesia masih tertinggal jauh dari Malaysia dan
Singapura dalam hal perawatan pesawat terpadu atau Aerospace Park.
Indonesia baru berencana akan membangun Aerospace Park atau layanan
terpadu maintenance pesawat yang belum tentu kapan akan dibangun. Sedangkan Singapura sudah membangun Seletat AeroSpace Park (SAP) di
lahan seluas 140 hektar dengan investasi USD 60 juta pada 2007-2017.
Direktur Utama PT GMF AeroAsia sekaligus President IAMSA (Indonesia
Aircraft Maintenance Shop Association) Richard Budihadianto menyebutkan,
Malaysia juga telah mendirikan Malaysia International Aerospace Center
(MIAC) di lahan 84 hektar dengan investasi USD 91 juta mulai 2007-2010.
Korea Selatan membangun Cheongju International Airport di atas lahan 100
hektar pada 2011-2020.
"Tiga negara sudah punya Aerospace Park, kita berharap akan ada
suppporting semua unit organisasi mendukung industri aviasi," ucap Budi
di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (22/5).
Aerospace Park bukan hanya menyediakan fasilitas perawatan pesawat
tapi juga bengkel komponen seperti spare part, warehouse, klinik untuk
pilot dan lain-lain. Potensi pasar perawatan pesawat di Indonesia
terbilang sangat menjanjikan.
Sebab, pertumbuhan industri penerbangan nasional yang mengoperasikan
pesawat jet 100 penumpang mencapai 15-20 persen per tahun. Jumlah
pesawat yang beroperasi juga cukup banyak, 304 pesawat di tahun 2011 dan
menjadi 480 pesawat di 2016.
"Kita harus memiliki area itu dan harus efektif dan kita akan
mendapat kemudahan khususnya bidang aviasi, suku cadang," jelasnya. Budi menyebut potensi pasar domestik ini mencapai USD 2 miliar pada
2016 nanti. Sebagian besar maskapai domestik saat ini menyerahkan
perawatan pesawatnya ke perusahaan MRO dengan cara outsourcing karena
tidak semua maskapai memiliki pusat perawatan sendiri.
"Pertumbuhan pasar domestik juga seiring dengan pertumbuhan pasar internasional," ucapnya.
Berdasarkan analisa konsultan ICF Internasional (ICF SH & E),
pasar perawatan pesawat global diprediksi tumbuh rata-rata 4 persen per
tahun antara 2012 hingga 2022. Industri ini diprediksi tumbuh dari USD
62,4 miliar menjadi USD 92,9 miliar dalam rentang waktu 10 tahun
tersebut.
Kawasan Asia Pasifik diyakini bakal menjadi kawasan pertumbuhan
terbesar hingga 8,7 persen karena memiliki keunggulan dalam faktor
harga, terutama harga tenaga kerja.
"Ini salah satu alasan Aerospace Park dibangun di beberapa negara di Asia Pasifik," tutupnya.
Sember : Merdeka.com
0 comments:
Post a Comment